POSTMEDAN.Medan – Hari Ulang Tahun ke 75 Bhayangkara menjadi momentum untuk introspeksi diri sejauh mana dalam memberi pelayanan, mengayomi dan melindungi masyarakat. Harapan masyarakat dengan motto yang diusung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadikan Polri Presisi dimaksudkan agar Polri meningkatkan kinerja sesuai tugas dan fungsi Polri seutuhnya.
Polri pun diajak untuk tidak menyakiti hati rakyat, namun sebaliknya memberi pelayanan, perlindungan dan mengayomi. Akan tetapi, perintah Kapolri dengan konsep Polri presisi, prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan, ternyata masih ada yang mengesampingkan, seperti seorang oknum Pengawal Pribadi (Walpri) Kapoldasu Irjen Pol.Drs.RZ Panca Putra Simanjuntak.
Pria berbadan tegap (poto) itu dikenal wartawan yang sehari-hari bertugas di Mapoldasu kerap bertindak arogan tatkala wartawan ingin wawancara dengan Kapoldasu Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak. Padahal, Kapoldasu sendiri sangat respek terhadap awak media.
Ironisnya, tindakan arogansi itu diperlihatkannya ketika perayaan HUT ke 75 Bhayangkara di Mapoldasu. Seusai memimpin upacara kenaikan pangkat di Lapangan KS Tubun Mapoldasu, para wartawan didatangi Kapoldasu lalu melakukan wawancara sejenak.
Tapi, ketika hendak mulai wawancara, oknum walpri itu berusaha menghalangi sambil menarik-narik baju wartawan. Sontak saja wartawan yang sudah mulai mengangkat Handphone untuk merekam wawancara merasa terganggu. “Jangan dekat kau-jangan dekat”, kata oknum berpangkat bintara itu. Padahal jarak wawancara Kapolda dengan wartawan ada 1 meter lebih dan wartawan yang hanya beberapa orang saja semua memakai masker.
Melihat tindakan oknum Polri yang tidak bersahabat, dengan tegas dilawan wartawan. “Harus gimana lagi jauhnya, masa wawancara harus jauh,” balas wartawan. Oknum Bhayangkara itupun terdiam, hingga wawancara selesai.
Tindakan arogansi oknum pengawal Kapoldasu itu mendapat tanggapan dari Ketua Forum Wartawan Poldasu, Zulkifli Tanjung dan Ketua Jurnalis Muda Poldasu (JMP), Gibson Simanjuntak. Mereka mengatakan, Kapoldasu yang menjadikan media sebagai mitra strategis dalam memelihara Kamtibmas justru tidak sejalan dengan anak buahnya.
“Kami melihat Kapoldasu, Irjen Panca Putra Simanjuntak sangat respon terhadap wartawan, tidak pernah menolak wartawan jika wawancara door stop, tapi justru dihalangi walpri (pengawal pribadi). Kami berharap agar sinergitas antara Polri dengan media yang sudah terbangun dengan baik di Poldasu tidak terciderai. Agar Kapoldasu menindak tegas oknum walpri (pengawal pribadi) tersebut,” kata mereka.
Zulkifli dan Gibson mengaku sudah sering mendapat aduan dari para wartawan soal perilaku oknum walpri itu, tapi selama ini wartawan tidak pernah merespon. “Kami menganggap sebagai tantangan wartawan dilapangan tapi yang kami sayangkan justru arogansi oknum Polri itu terjadi tatkala perayaan HUT ke 75 Bhayangkara yang seharusnya dijadikan sebagai momentum untuk introspeksi diri, sejauh mana tugas dan fungsi Polri dilakukan selama ini,” ucapnya.
Sementara itu, penasehat wartawan Poldasu, Josmarlin Tambunan mengaku dan sering melihat jika oknum walpri itu tidak berjiwa Bhayangkara. Oknum seperti itu perlu di didik untuk bersikap sopan dalam menghadapi masyarakat.
“Wartawan itu bekerja berdasarkan UU No.40 tahun 1999, jika ada orang yang menghalangi tugas-tugas wartawan, berarti melanggar UU No.40 tahun 1999,” ujarnya.
“Kami sangat menyayangkan arogansi oknum Patwal yang diperlihatkan kepada wartawan. Sikap dan perilaku demikian tidaklah sesuai dengan tema HUT ke 75 Bhayangkara, transpormasi Polri yang presisi mendukung percepatan penanganan Covid-19 untuk masyarakat sehat dan pemulihan ekonomi nasional menuju Indonesia Maju,” pungkasnya.(F01)