Merajut Kesatuan dan Kekuatan Umat dalam Kebinekaan,” Komitmen Majelis Ulama Indonesia pada Milad ke – 47.

Postmedan.com. Medan|| Bangsa Indonesia khususnya umat Islam akan selalu mengenang sebagai tonggak sejarah bahwa, tanggal 7 Rajab 1395 H atau tanggal 26 Juli 1975. Majelis Ulama

Firman

Postmedan.com. Medan|| Bangsa Indonesia khususnya umat Islam akan selalu mengenang sebagai tonggak sejarah bahwa, tanggal 7 Rajab 1395 H atau tanggal 26 Juli 1975.

Majelis Ulama Indonesia berdiri di Jakarta sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para Ulama, Cendikiawan dan Zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air, meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia.

saat itu 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat Pusat terdiri dari NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al-Wasliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyah, 4 orang ulama Dinas Rohani Islam, Angkatan Udara, Angkatan Darat, Angkatan Laut dan POLRI serta 13 orang tokoh dan cendikiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Dalam musyawarah tersebut dihasilkan sebuah kesepakatan untuk wadah tempat bermusyawarah para ulama, zu’ama dan cendikiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah “Piagam berdirinya Majelis Ulama Indonesia” yang di tanda tangani oleh seluruh peserta musyawarah yang selanjutnya disebut MUNAS Ulama – I (Ke-satu).

Momentum berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, dimana energi bangsa telah banyak terkuras dan terserap dalam pusaran politik kelompok yang kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.

Kehadiran Majelis Ulama Indonesia agar dapat membimbing, membina, dan mengayomi muslim di seluruh Indonesia.

MUI mengemban beban dan tanggungjawab yang tidak sederhana dinamika politik, sosial dan keagamaan yang muncul di tanah air harus dapat di sikapi dengan bijak.
Persoalan-persoalan yang timbul membutuhkan respon cepat dan tepat dari MUI, agar respon dan fatwa yang dikeluarkan menjadi panduan umat, terlebih memasuki tahun-tahun politik.

Kilas balik di usianya yang tak muda lagi, MUI insya Allah telah berkontribusi dalam konteks ke – Islaman dan ke – Indonesiaan.

Selama 47 tahun MUI telah dipimpin delapan ulama, Mulai dari Buya HAMKA yang dikenal ulama dari Muhammadiyah sebagai Ketua Umum Pertama dari 1975 – 1981, hingga sekarang di pimpin oleh KH. Miftachul Akhyar.

Peran himayatul ummah ( pengayom umat) tidak sekedar slogan tanpa aksi nyata, Tentu beragam program yang berorientasi keumatan telah dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dari level tingkat pusat hingga level kecamatan.

Bergandengan tangan dengan berbagai elemen masyarakat, ormas-ormas, majelis-majelis taklim, serta pemerintah sebagai mitra strategis (shadiqul hukumah).

Bagaimana menyatukan langkah dan mendahulukan kemaslahatan umat, menyatukan religiusitas dengan kebangsan menjadi satu kata cinta tanah air dan bangsa.

Sehingga bisa sholat berjamaah, ekonominya, sosialnya, kebangsaannya dalam merajut ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah dan Insaniyah.

Memaknai Milad kali ini menjadi momentum bagaimana umat Islam bersatu dalam tenda besar MUI untuk mengayomi, menjaga, membimbing, sekaligus memberdayakan umat di masa depan melalui payung besar inilah kita bersama-sama membangun umat dan bangsa.

Abdul Aziz, ST
1. Wakil Sekretaris Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Prov. Sumut.
2. Anggota Komisi Siyasah, Syariah dan Kerjasama antar Lembaga MUI Kota Medan.menjelaskan.( M.Mahulae)

Tags

Related Post